1. PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah cerminan dari cara berpikir dan cara bekerja manusia.oleh karna itu budaya merupakan bentuk sesungguhnya dari perilaku makhluk tuhan.dalam budaya organisasi didalamnya terdapat sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama antara anggota organisasi .misalnya , berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui seragam.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat di tentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. istilah untuk pendapat itu adalah cultural-determinism. herskovit memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu genrsi ke generasi yang lain, dan disebut sebagai superorganic. Menurut Andeas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur social, religious, dan lain-lain.budaya yang bermacam – macam dalam lingkungan hidup juga mempengaruhi mnajemen,menjadi sesuatu hal yang harus kita terapkan dalam kehidupan manajemen.
Budaya organisasi dalam lingkup manajemen , dapat kita terapkan tentunya ketika kita sudah memasuki dunia perkantoran .mampu menerapkan budaya organisasi pada dunia perkantoran,berarti menunjukkan bahwa orang di sekeliling kita menerima apa yang sudah kita terapkan . Budaya organisasi dalam perkantoran tidak bisa untuk kita lupakan/ tidak kita laksanakan, karena untuk mampu bersaing dalam era globalisasi budaya organisasi, khususnya dalam perkantoran harus senantiasa kita kembangkan. Perkembangan yang bisa kita lakukan adalah mengajarkan/menyebarkan budaya organisasi itu sendiri kepada semua orang. Sehingga orang lain pun dapat bersaing dengan orang-orang yang disekelilingnya (sudah mahir). Melalui perkembangan teknologi yang begitu canggih dan pesat mampu membawa budaya organisasi itu sendiri kedalam lingkungan manajemen lainnya.Itulah yang melatar belakangi penulisan ilmiah ini.
2.PEMBAHASAN
2.1. pengertian budaya organisasi
Kita tinjau Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the Social Science” (1972) dpat dilihat menurut dua pendekatan yaitu pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) didukung oleh Franz Boas (1858-1942) dan Alfred Louis Kroeber (1876-1960). Bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional (structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallllinowski (1884-1942) dan Radclife-Brown yang kemudians dari dua pendekatan itu Edward Burnett Tylor (1832-1917 secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”…culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge,belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a memmmber of society” atau Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar(Koentjaraningrat, 2001: 72 ) sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan”(Danim, 2003:148).
Secara lengkap Budaya bisa merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Seorang professional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan citra dirinya.
• Organisasi dan budaya
Membahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri dan dapat kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan organisasi sebagai “…A consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal”. ( Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities characterized by goal oriented behavior, specialization and structure”(Brown,etal,1980:6) Begitu juga pendapat dari Chester I. Bernard dari kutipan Etzioni dimana organisasi diartikan sebagai “Cooperation of two or more persons, a system of conciously coordinated personell activities or forces”( Etzioni, 1961:14.)
Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.
Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis
Menurut Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai “Suatu sistem makna yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain”(Umar Nimran, 1996: 11)
Sedangkan Griffin dan Ebbert (Ibid, 1996:11) dari kutipan Umar Nimran Budaya organisasi atau bisa diartikan sebagai “Pengalaman, sejarah, keyakinan dan norma-norma bersama yang menjadi ciri perusahaan/organisasi” Sementara Taliziduhu Ndraha Mengartikan Budaya organisasi sebagai “Potret atau rekaman hasil proses budaya yang berlangsung dalam suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini”( op.cit , Ndraha, P. 102) Lebih luas lagi definisi yang diungkapkan oleh Piti Sithi-Amnuai (1989) dalam bukunya “How to built a corporate culture” mengartikan budaya organisasi sebagai :
A set of basic assumption and beliefs that are shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with problems of external adaptation and internal integration.( Pithi Amnuai dari kutipan Ndraha, p.102)
(Seperangkat asumsi dan keyakinan dasar yang dterima anggota dari sebuah organisasi yang dikembangkan melalui proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar dan integarasi dari dalam)
Hal yang sama diungkapkan oleh Edgar H. Schein (1992) dalam bukunya “Organizational Culture and Leadershif” mangartikan budaya organisasi lebih luas sebagai :
“ …A patern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems.( loc.cit, Schein, P.16)
(“… Suatu pola sumsi dasar yang ditemukan, digali dan dikembangkan oleh sekelompok orang sebagai pengalaman memecahkan permasalahan, penyesuaian terhadap faktor ekstern maupun integrasi intern yang berjalan dengan penuh makna, sehingga perlu untuk diajarkan kepada para anggota baru agar mereka mempunyai persepsi, pemikiran maupun perasaan yang tepat dalam mengahdapi problema organisasi tersebut).
Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (1992) budaya organisasi diartikan sebagai :
Seperangkat nilai yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai tersebut dikomunikasikan melalui cerita dan cara-cara simbolis lainnya(McKenna,etal, op.cit P.63).
Amnuai (1989) membatasi pengertian budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota sebuah organisasi dari hasil proses belajar adaptasi terhadap permasalahan ekternal dan integrasi permasalahan internal.
Organisasi memiliki kultur melalui proses belajar, pewarisan, hasil adaptasi dan pembuktian terhadap nilai yang dianut atau diistilahkan Schein (1992) dengan considered valid yaitu nilai yang terbukti manfaatnya. selain itu juga bisa melalui sikap kepemimpinan sebagai teaching by example atau menurut Amnuai (1989) sebagai “through the leader him or herself” yaitu pendirian, sikap dan prilaku nyata bukan sekedar ucapan, pesona ataupun kharisma.
• Hal-hal yang mempengaruhi budaya organisasi
Menurut Piti Sithi-Amnuai bahwa : “being developed as they learn to cope with problems of external adaptation anda internal integration (Pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi).( Opcit Ndraha, P.76).
Pembentukan budaya akademisi dalam organisasi diawali oleh para pendiri (founder) institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
o Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.
o Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan setujuan dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
o Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja
• Hal-hal yang mempengaruhi budaya organisasi
Menurut Piti Sithi-Amnuai bahwa : “being developed as they learn to cope with problems of external adaptation anda internal integration (Pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi).( Opcit Ndraha, P.76).
Pembentukan budaya akademisi dalam organisasi diawali oleh para pendiri (founder) institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
o Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.
o Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan setujuan dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
o Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.
Persepsi yang sama tentang kemaslahatan yang diperoleh secara social.
Sumber ilai yang di rujuk berasal dari keyakinan manusia terhadap ajaran-ajaran agama dan falsafah kehidupan. Oleh karena itu, kabudayaan secara langsung dibentuk oleh nilai-nilai sacral yang berasal dari ajaran agama. Sumber budaya lainnya adalah kepemimpinan dan peran pemimpin organisasi yang menerapkan pola-pola kepemimpinan yang berbeda-beda. Sumber budaya lainnyadapat berupa kebiasaan atau dapat kebiasaan atau adat masyarakat yang telah lama di jadikan norma social. Adat yang diyakini dapat mengelola kehidupan masyarakat dengan baik menjadi tolok ukur tentang baik dan buruknya tindakan social.
3. PENUTUP
Dari tulisan di atas dapat kita simpulkan bahwas budaya organisasi dapat berasal dari berbagai sumber, seperti: bisa timbul dari kebiasaan sehari-hari, agama, adat istiadat, dan lain-lain.dan budaya organisasi adalah juga merupakan suatu budaya yang mengatur sesuatu hal dalam lingkup manajemen khususnya dalam mengelola/menjalankan organisasi. Penulisan ilmiah diatas sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya masukan atau saran yang bisa membantu dan membangun penulisan ilmiah ini.
4. DAFTAR PUSTAKA
blog.poltek-malang.ac.id/.../20090526-10.%20BUDAYA%20ORGANISASI.doc
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar