PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin yang di dalam bahasa inggrisnya adalah leader.leader merupakan orang yang memiliki bawahan seperti para pekerja dalam suatu organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang di pimpin. Pemimpin juga bisa di artikan pula sebagai orang yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Pemimpin dapat pula diartikan sebagai orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang menjadi keinginan dan tujuan sang pemimpin.
Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, seperti adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemilik tanggung jawab paling besar bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional, kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan.
Dari pengertian diatas, terdapat unsur-unsur penting dari makna pemimpin,yaitu sebagai berikut:
• Unsure kekuasaan, yaitu menguasai organisasi dan mengendalikan struktur organisasi;
• Unsure instruksional, yaitu berwenang memberikan perintah, tugas, dan segala hal yang harus dilaksanakan oleh bawahannya;
• Unsure responsibility, yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kinerja organisasi;
• Unsure pendelegasian, yaitu memiliki hak dan wewenang memindahkan tugasnya kepada bawahannya;
• Unsure supervis, yaitu berkewajiban membina dan mengarahkan anak buahnya;
• Unsure strategi, yaitu sebagai konseptor yang menyiasati berbagai upaya mengembangkan organisasi;
• Unsur budaya, yaitu yang membentuk model dan pola perilaku dalam berorganisasi;
• Unsure kharismatika, yaitu yang memiliki kewibawaan yang sifatnya dibentuk secara formal structural maupun secara cultural.
Delapan unsure yang dimiliki pemimpin menggambarkan kedudukan pemimpin dalam
Organisasi , baik dalam organisasi dalam arti yang luas atau yang sempit. Pemimpin adalah orang yang memiliki jabatan paling utama dalam menjalankan suatu organisasi. contoh, suami adalah pemimpin keluarga, maka suami adalah imam bagi istri dan anak-anaknya. Dengan demikian, seorang suami di tuntut memiliki kapabilitas untuk mengelola rumah tangganya, baik pengelolaan aspek jasmaniah maupun rohaniahnya.
Definisi lainnya tentang pemimpin dapat dikemukakan sebagai berikut.
• Pemimpin adalah orang yang berwenang mengendalikan organisasi berikut seluruh struktur yang ada di dalamnya.
• Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan meningkatkan sumbersaya anak manusia dan sumber daya organisasi.
• Pemimpin adalah orang yang paling berpengaruh di dalam organisasi.
• Pemimpin adalah orang yang memiliki kedudukuan tertinggi dalam organisasi.
• Pemimpin adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap seluruh kinerja organisasi.
PEMBAHASAN
B. ARTI KEPEMIMPINAN
Proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin di sebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Dalam lembaga pendidikan, misalnya, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang mendelegasikan kepemimpinannya kepada wakil kepala sekolah atau pejabat lainnya yang berada dibawahannya. Demikian pula, dengan rector sebagai pemimpin di perguruan tinggi dapat mendelegasikan kepemimpinannya kepada pemimpin di bawahnya menurut tugas dan fungsinya masing-masing, misalnya kepada pembantu rector 1 untuk menjalankan tugas-tugas akademik. Demikian pula, dengan dekan di tingkat fakultas adalah pemimpin yang memiliki bawahan yang tugas kepemimpinannya dibantu oleh para pembantu dekan.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai sifat-sifat dan karakter yang dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang otoriter yang artinya pemimpin yang menjalankan kepemimpinan yang kurang demokratis dalam mengambil keputusan. Kekuasaannya bersifat absolute karena seluruh roda kekuasaan dikendalikan oleh dirinya sendiri. jadi, sifat-sifat seorang pemimpin berarti pula sebagai bentuk dari kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah bentuk-bentuk nyata dari jiwa pemimpin. Salah satu dari bentuk konkret itu adalah sifat terampil dan berwibawa serta cerdas dalam mempengaruhi orang lain agar mau melaksanakan tugas-tugas yang merupakan harapan dan tujuan yang ingin diraih oleh pemimpin. Maka dari itu, sifat dasar yang sangat familiar dimiliki pemimpin adalah sebagai berikut:
• Memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan anak buahnya;
• Memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas dari yang dipimpinnya;
• Prestasi kerjanya yang cemerlang;
• Karier dan jabatannya terbaik dibandingkan yang lain dalam organisasinya;
• Kesempatan yang lebih besar dalam menenpati jabatan tertinggi dan tertentu;
• Kewibawaan yang dibangggakan oleh anggota organisasi;
• Meraih kekuasaan secara politik dengan berbagai cara dan strategi;
• Memiliki para pendukung yang loyal dan komitmen pada visi dan misi yang diembannya;
• Menguasai metode dan tekhnik dalam mengelola organisasi.
Dalam organisasi, fungsi-fungsi kepemimpinan berujung pada lima bentuk utama, yaitu:
• Manajer, direktur, ketua, presiden, kepala, dan istilah lainnya, yaitu pengelola dan penyelenggara organisasi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen;
• Pengawa, yaitu yang mengontrol seluruh pelaksanaan tugas dan kewajiban bawahannya;
• Pembina, yaitu yang memberikan pengarahan dan memberikan contoh dalam melaksanakan tugas organisasi;
• Pengambil keputusan, yang menetapkan alternative pemecahan masalah yang dihadapi oleh organisasi yang dipimpinnya; dan
• Penanggung jawab untuk semua pelaksanaan program organisasi.
Kepemimpinan merupakan implementasi dari keterampilan dalam mengelola orang lain sebagai bawahannya. Mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum. Oleh sebab itu, setiap pemimpin harus memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada kekuasaan yang dimilikinya. Keahlian utama dari kepemimpinan adalah Lihai dalam mengendalikan situasi dan kondisi organisasi, yaitu dengan menentukan konsep masa depan organisasi dalam bentuk wacana kerja yang visioner.
Dalam pancasila sila ke empat dikatakan bahwasanya “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permuisyawaratan perwakilan.” Dari sila tersebut, secara filosofis, dapat kita ambil suatu konsep kepemimpinan yang indonesiawi, yaitu sebagai berikut:
• Kepemimpinan yang dibangun olehkecerdasan filosofis para pemimpin. Kecerdasan filosofis adalah pandai menemikan hikmah dari setiap penyelenggaraan organisasi, terlebih lagi suatu Negara.
• Kepemimpinan yang menetapkan pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebijaksanaan, artinya memberikan kemaslahatan bagi seluruh kepentingan bangsa dan Negara, kebijaksanaan yang memaslahatkan anggota suatu organisasi yang dipimpinnya.
• Kepemimpinan yang berprinsip pada nilai-nilai demokrasi, yaitu dengan melaksanakan musyawarah dalam pengambilan keputusan dan tidak menganut kepemimpinan otoriter.
• Kepemimpinan yang pandai memilih wakil-wakilnya untuk diberi wewenang, tugas, dan kewajiban dalam menjalankan roda organisasi.
Dengan konsep kepemimpinan tersebut, arti kepemimpinan dapat paparkan sebagai berikut.
• Prjudi atmosudirdjo dalam ngalim purwanto mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk mencontoh atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang yang bersedia untuk melakukan apa yang dikehendakinya.
• Kepemimpinan dapat pula dipandang penyebab dari berbagai kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandanganatau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
• Kepemimpinan adalah suatu seni, kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikkuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuaut mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, bahkan mungkin rela berkorban untuknya.
• Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang tertentu, biasanya melalui human relations dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut, orang-orang tersebut bersedia untuk bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan addlah sekumpulan dari serangkain kemampuan dan sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai saran dalam rangka meyakinkan yang di pimpinnya agar mereka bersedia dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, gembira, serta merasa tidak terpaksa.
C. FUNGSI UTAMA PEMIMPIN
Fungsi yang paling utama dari seorang pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar, artinya, berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi. Fungsi-fungsi utama yang dimaksud adalah sebagai berikut.
• Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi. Pemimpin yang menjalankan fungsi utama adalah konseptor utama yang meru,uskan visi dan misi serta tujuan organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga pertanggung jawaban diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
• Motivator, yaitu orang yang mendorong dan memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal.
• Pembuatan keputusan yang akan memengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
• Penilai kinerja karyawannya yang akan memberikan penghargaan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
• Dinamisator dan katalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
D. GAYA DAN SIFAT KEPEMIMPINAN
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa ciri fungsional yang melekat pada seorang pemimpin, yaitu:
• Watak dan kewibawaan seorang pemimpin;
• Kekuasaan dalam pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya;
• Hierarki kekuasaan structural;
• Ketegasan pengambilan keputusan;
• Kecerdasan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan umum.
Sifat sifat pemimpin yang utama adalah sebagai berikut:
• Energik, artinya memiliki semangat yang tinggi dan terbaik dibandingkan dengan bawahannya;
• Emosinya stabil, yaitu telaten dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
• Mampu membangun relasi dengan seluruh bawahannya dan dengan lingkungan eksternal organisasinya;
• Memiliki motivasi yang kuat di dalam jiwanya untuk memimpin dengan baik;
• Idealis, artinya memiliki gagasan dan cita-cita yang sangat tinggi untu7k dirinya dan organisasinya;
• Ahli dalam membimbing dan mengarahkan anak buahnya;
• Terampil mengendalikan organisasi dan menjalin kerja sama dengan anak buahnya dan dengan organisasi eksternal;
• Ahli membentuk budaya organisasi dan menjalin hubungan social;
• Rasional dalam memcahkan masalah;
• Memiliki moralitas yang patut diteladani oleh anak buahnya;
Seorang pemimpin harus memiliki keahlian manajerial dan memahami hal-hal yang sifatnya teknis agar memudahkan ia mengarahkan dan membina anak buahnya. Ia harus memiliki keterampilan berkomunikas dengan orang lain, memiliki keoiawaian berinteraksi, membangun relasi, dan bersosialisasi, sehingga kepemimpinannya berjalan efektif. Ia juga harus memiliki human relation skill, keahlian berhubungan dengan orang lain, yaitu pandai membuat relasi baru dan berinteraksi dengan seluruh anak buahnya dan dengan lingkungan sekitarnya.
Gaya kepemimpinan itu berbeda-beda. Menurut Sondang P. Siagian, ada empat gaya kepemimpinan, yaitu:
• Gaya kepemimpinan otokratis;
• Gaya kepemimpinan militeristis;
• Gaya kepemimpinanpaternalistis;
• Gaya kepemimpinan demokratis.
1. KEPEMIMPINAN YANG OTOKRATIS
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang(authority) tunggal. Pemimpin otokratis dapat disebut sebagai pemimpin yang tidak demokratis.
Ciri-ciri pemimpin yang bergaya otokratis adalah:
a. Menjadikan organisasi sebagai milik pribadi;
b. Menetapkan tujuan pribadi dengan tujuan organis;
c. Memandang bawahan sebagai alat yang tidak berdaya;
d. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
e. Bergantung pada kekuasaan formal yang dimilikinya;
f. Memimpin dengan cara paksa.
Gaya otokrasi dimiliki sepenuhnya oleh pemimpin yang diktatoristik dan absolute, yang merendahkan arti musyawarah dan menolak partisipasi anak buahnya dalam pengambilan keputusan.
2. GAYA PATERNALISTIK
Gaya paternalistic ialah:
a. Menyepelekan kemampuan anak buah;
b. Over protektive, terlalu memanjakan anak buah dan terlalu melindungi;
c. Tertutup bagi pengembangan kaderisasi;
d. Kreatifitas anak buah tertekan oleh sikap god father-nya;
e. Mahatahu, jadi anak buah belum banyak tahu;
f. Close management bai anak buahnya;
g. All handle untuk seluruh rencana kerja.
3. TIPE MILITERISTIK
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Instruksional;
b. Pangkat dan jabatan menjadi alat utama memaksa anak buahnya untuk melaksanakan tugas;
c. Serba formalistik;
d. Disiplin yang kaku;
e. Tertutup bagi kritik;
f. Formal seremonial yang pelaksanaan tugas.
4. GAYA ATAU MODEL KONTINGENSI FIELDER
Gaya kepemimpinan ini di kembangkan oleh Fred E. Fielder. Menurut gaya ini, ada tiga variable yang menentukan efektif-tidaknya kepemimpinan, yaitu: (1) hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, (2) derajat struktur tugas, dan (3) kedudukan kekuasaan pimpinan. Jadi, kepemimpinan yang berhasil perlu membaca situasi dan kondisi serta menyesuaikan gaya kepemimpinannya.
Keberhasilan kepemimpinan sangat dipengaruhi okeh:
a. Human relationship pemimpin dengan yang dipimpin;
b. Staffing dan organizing yang efektif dan professional;
c. Otoritas pemimpin yang kuat dan tegas.
5. GAYA ATAU MODEL KEPEMIMPINAN TIGA DIMENSI
William J. Reddin (1970) adalah orang yang pertama kali memperkenalkan gaya kepemimpinan tiga dimensi (three-dimensional-model). Dalam gaya ini, ada tiga kelompok yang saling berhubungan, yaitu gaya dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif. Tiga gaya itu diorientasikan pada dua hal, yaitu orang (people oriented) dan tugas (task oriented).
Orientasi orang ditentukan dalam staffing, yaitu menempatkan orang sesuai dengan keahliannya dan pengalaman kerjanya. Orientasi tugas adalah mempertimbangkan tugas-tugas yang mampu dilaksanakan oleh karyawan sesuai dengan keahlian dan pengalamannya.
6. GAYA PATERNALISTIK
Gaya paternalistic ialah:
h. Menyepelekan kemampuan anak buah;
i. Over protektive, terlalu memanjakan anak buah dan terlalu melindungi;
j. Tertutup bagi pengembangan kaderisasi;
k. Kreatifitas anak buah tertekan oleh sikap god father-nya;
l. Mahatahu, jadi anak buah belum banyak tahu;
m. Close management bai anak buahnya;
n. All handle untuk seluruh rencana kerja.
7. KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan modernis dan partisipatif . Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis.
Pemimpin yang bertipe demokratis adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pengembangan sumber daya dan kreativitas karyawan;
b. Pengembangan partisiatif karyawan;
c. Musyawarah dan mufakat;
d. Kaderisasi yang sistematis;
e. Pendelegasian normatif yang konstruktif;
f. Regenerasi kepemimpinan;
8. GAYA KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
Charisma dapat dibagi dua macam, yaitu :
a. Kewibawaan alamiah, yaitu kewibawaan yang tealh ada pada diri pemimpin;
b. Kewibawaan buatan, yaitu kewibawaan yang diciptakan oleh jabatan dan kekuasaan.
E. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Teori-teori kepemimpinan adalah sebagai berikut .
1. Teori genetic, yaitu seorang menjadi pemimpin karena sudah dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan merupakan pembawaan yang ditetapkan oleh tuhan secara deterministic. Di samping itu, kepemimpinan diturunkan dari orang tuanya yang juga sebagai seorang pemimpin. Misalnya, mantan Presiden Soekarno adalah pemimpin yang jiwa kepemimpinannya diturunkan kepada Megawati Soekarno Putri.
2. Teori social, yang berpandangna bahwa pemimipin dilahirkan oleh kelompok tertentu. Keberhasilan kepemimpinannya sangat sitentukan oleh dukungan kelompoknya. Jka kelompoknya lari dari lingkungan organisasi yang dipimpinnya,secara otomatis sang pemimpin pun tamat riwayatnya.
3. Teori situasional, yaitu yang berpandanga bahwa lahirnya pemimipin bergantung pada situasi dan kondisi. Pelaksanaan kepemimpinan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Seperti pemimpin Negara yang diciptakan oleh konstitusi dan keterlibatan rakyat secara langsung yang memilihnya. Sementara para pemimpin Negara akan menerapkan gaya kepemimpinannya dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi.
4. Teori ekologis, yaitu teori yang berpandangan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kepemimpinan. Seluruh aspek yang berhubungan dengan lingkungan, misalnya pendidikan dan pelatihan,bakat,situasi,memengaruhi gaya kepemimpinan.
tiga teori diatas dikembangkan oleh beberapa tokoh dalam teori-teori kepemimpinan yang lebih luas. Misalnya James Owens dalam the leadership game menyebutkan tiga teori kepemimpinan, yaitu :
a. Trait theory;
b. Behavior theory;
c. Matrix of leadership style.
Ketiga teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh James Owens adalah teori sifat,teori perilaku,teori situasional. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada pengembangan yang berarti. Robert Tannenbaum dan Frek Massarik dalam Leadership A Frame of Reference memperkenalkan beberapa teori atau pendekatan kepemimpinan, yaitu :
a. Trait approach;
b. Situasional approach;
c. Follower-oriented approach;
d. Environment theory;
e. Personal-situasional theory;
f. Interaction-expectation theory;
g. Humanistic theory;
h. Exchange theory.
Trait theory sering disebut juga teri genetis atau teori bakat karena ia menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan bentuk.
Behavior theory berpandangna bahwa kepemimpinan diciptakan oleh hubungan antarmanusia. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu sendiri dengan anggotanya.
Humanistic theory adalah teroi yang berpandangan tentang gaya kepemimpinan manusiawi yang digambarkan oleh Huseman melalui lima gaya kepemimpinan, yaitu: (1) gaya otokratis, (2) gaya birokratis, (3) gaya diplomatis, (4) gaya partisipatif, (5) gaya free rein leader.
Environment theory (teroi lingkungan) pernah dikembangkan oleh V.H.Vroom dan Philip Yellow (1973) dengan mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normatif. Mereka berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu bersikap fleksibel untuk mengubah gayanya agar cocok dengan situasi dan kondisi
Exchange theory atau teori pertukaran yang merupakan modifikasi dari teori sifat dan teori perilaku. Kepemimpinan menurut teroi ini dibentuk dan dikembangkan oleh adanya pertukaran social, saling bergantinya posisi dan jabatan, naik turunnya kedudukan pejabat akan membangun situasi kepemimpinan yang sinergis.
Personal situasional theory atau teori pribadi dan situasi menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan produk terpadunya tiga factor, yaitu : (1) perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin, (2) sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya, (3) kejadian-kejadian (masalah-masalah) yang dihadapi oleh kelompok.
Interaction-expectation theory atau teori interaksi dan harapan merupakan perpaduan antara teori perilaku dan lingkungan. Teori ini pada prindipnya sama denga kontigensi (contingency theory) dari F.E.Fileder (1967) dan expectabcy-reinforcement theory dari Stogdill (1959). M.G.Evans (1970) mengistilahkan teori ini dengan path-goal theory, yang dikembnagkan oleh Robert J. House dan Terence R. Mithcell (1979) dengan nama motivasional theory.
Teori motivasi mengembangkan gaya kepemimpinan melalui pembentukan melalui pembentukan hubungan komunikatif dan interaksi para anggota organisasi. Semakin tinggi tingkat komunikasi atau semakin dekatnya hubungan antaranggota, atasan dengna bawahan, semakin banyak menciptakan pemimpin dalam organisasi. Interaksi antaranggota, pemimpin dan bawahan menambah pengnetahuan dan pertukaran pengalaman yang signifikan, sehingga proses pergantian pemimpin serta pola dan gaya kepemimpinan akan semakin dinamis.
PENUTUP
KESIMPULAN:
Proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin di sebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orng-orang yang dipimpinnya. Dalam lembaga pendidikan, misalnya, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang mendelegasikan kepemimpinannya kepada wakil kepala sekolah atau pejabat lainnya yang berada dibawahannya. Demikian pula, dengan rector sebagai pemimpin di perguruan tinggi dapat mendelegasikan kepemimpinannya kepada pemimpin di bawahnya menurut tugas dan fungsinya masing-masing, misalnya kepada pembantu rector 1 untuk menjalankan tugas-tugas akademik. Demikian pula, dengan dekan di tingkat fakultas adalah pemimpin yang memiliki bawahan yang tugas kepemimpinannya dibantu oleh para pembantu dekan.
SARAN:
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari sebuah kesempurna, baik dari segi isi, susunan, maupun bahasa. Untuk itu segala tegur sapa kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan dalam penulisan berikutnya tulisan ini semakin menjadi lebih baik
Demikianlah mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA:
Hikmat,M.Ag. Manajemen pendidikan. Bandung: pustaka setia. 2009.
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam manajemen: suatu pendekatan perilaku, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 3.
Ibid, hal. 25.
Lihat dalam Konz dan O’Donnel, Management, Alih Bahasa Antariksa, dkk., Erlangga, Jakarta, 1989, hlm. 157.
Siagian, loc.cit, hlm. 41.
Trimo, MLS., Soejono Soekanto, Analisis Kepemimpinan, Angkasa, Bandung, 1984, hlm. 18.
Ibid, hlm. 42.
Ngalim Purwanto, loc.cit., hlm. 39.
Ibid, hlm. 41.
Ibid, hlm. 45.
Richard C. Husemen and Archie B. Carrol, Reading Organizational Behavior: Dimension of Management Actions, Allyn and Bacon, Boston, 1979, hlm. 289.
Pradjoedi Atmosoedirdjo, Pengambilan Keputusan (Decision Making), cetakan IV, Jakarta, 1976, hlm. 59.
Lihat dalam Richard C. Husemen and Archie B. Carrol, loc.cit., hlm. 305-312.
Atmosoedirdjo, loc.cit., hlm. 60-61.